ABIOTIK KELAUTAN
     
Home 

Masyarakat Pesisir

Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem Lamun

Ekosistem Mangrove

Biota Laut

Abiotik Kelautan

Galeri

Kontak

 

Pola Sebaran Nutrien di Perairan Selatan Jawa Kaitannya dengan Kondisi Hidro-oseanografi pada Musim Barat Laut

Oleh : RATNA DIYAH PALUPI
Mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP


RINGKASAN

Ratna Diyah Palupi. K2D097235. Pola Sebaran Nutrien di Perairan Selatan Jawa Kaitannya dengan Kondisi Hidro-oseanografi pada Musim Barat Laut
Pembimbing : Suryono dan Ikhsan Budi Wahyono

Nutrien perairan berupa nitrat, silikat, dan fosfat anorganik terlarut sangat penting keberadaannya, mengingat ketiga unsur tersebut digunakan sebagai faktor pembatas produktifitas perairan, dan penyebarannya sangat dipengaruhi faktor fisika dalam hal ini hidro-oseanografi perairan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik pola sebaran nutrien di perairan selatan Jawa kaitannya dengan kondisi hidro-oseanografi dan untuk mengetahui kondisi hidro-oseanografi itu sendiri pada saat penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 1-11 Desember 2001 bertepatan dengan musim barat laut di perairan selatan Jawa tepatnya pada posisi 7°-9° LS dan 105°-109° BT dengan menggunakan kapal riset penelitian BJ VII, LON-LIPI. Materi penelitian berupa sampel air yang diambil dari kedalaman permukaan, 50 m, 75m, 100 m, 150 m, dan 200 m dari botol niskin dalam rosette sampler pada waktu CTD diturunkan untuk selanjutnya dianalisa kandungan nutriennya dengan metoda spektofotometer dengan metode penelitian studi kasus taraf deskriptif dan metode penentuan titik stasiun purposif sampling. Parameter hidro-oseanografi yang diukur berupa suhu, salinitas dan tekanan, sedangkan arus dihitung dengan menggunakan metode pendekatan geostrofik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada waktu penelitian terindikasi adanya kenaikan nutrien pada tempat-tempat adanya konvergen (pertemuan arus) dan divergen (pemisahan arus), walaupun penyebarannya tidak merata antara ketiga nutrien tersebut. Pola sebaran nutrien semakin tinggi dengan bertambahnya kedalaman dan semakin ke arah timur. Lapisan termoklin dapat sebagai lapisan perangkap sehingga pada lapisan tersebut nilai nutrien naik dengan cepat yaitu terjadi pada kedalaman 100-175 meter. Upwelling menyebabkan terjadinya peningkatan konsentrasi nutrien ke permukaan yaitu terjadi pada sekitar stasiun 4, 5, dan 6.


Kata Kunci: nutrien, perairan selatan jawa, kondisi hidro-oseanografi, musim
barat laut, arus geostropik

  Studi Distribusi Vertikal Material Padatan Tersuspensi di Perairan Muara Sungai Demakan, Jepara

Oleh : IMAM MUSTHOFA ZAINUDIN
Mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP



RINGKASAN


IMAM MUSTHOFA ZAINUDIN. K2D097206. 2001. Studi Distribusi Vertikal Material Padatan Tersuspensi di Perairan Muara Sungai Demakan, Jepara. (Pembimbing : Gentur Handoyo).

Penelitian kerja lapangan ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kandungan padatan tersuspensi dan distribusinya secara vertikal di Perairan Muara Sungai Demakan, Jepara.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 November 2000. Analisa sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Oseanografi dan Laboratorium Fisika Oseanografi Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro Teluk Awur, Jepara. Materi penelitian berupa sampel air dan substrat dasar yang diambil dari sembilan stasiun sampling di lokasi penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi kasus, penelitian terhadap suatu kasus secara mendalam yang hanya berlaku pada waktu tertentu dan hasilnya belum tentu berlaku untuk daerah lain meskipun kasusnya sama. Pengambilan sampel menggunakan cara sample survey method dan penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposif, yaitu penentuan lokasi sampling dengan mempertimbangkan faktor – faktor lingkungan yang berpengaruh tehadap materi penelitian di masing – masing lokasi sampling.

Hasil pengukuran diperoleh nilai konsentrasi material padatan tersuspensi di Perairan Muara Sungai Demakan berkisar antara 0,05 g/L sampai 0,398 g/L di lapisan permukaan (0 meter), 0,01 g/L sampai 0,475 g/L di lapisan kedalaman 1 meter, 0,232 g/L sampai 0,43 g/L di lapisan kedalaman 3 meter, dan 0,18 g/L sampai 0,216 g/L di lapisan kedalaman 5 meter.

Berdasarkan hasil yang diperoleh, secara vertikal pada umumnya konsentrasi material padatan tersuspensi semakin ke dasar cenderung mengalami peningkatan serta semakin dalam suatu perairan konsentrasi material padatan tersuspensi pada masing – masing lapisan perairan mempunyai konsentrasi yang lebih heterogen.