EKOSISTEM MANGROVE
     
Home 

Masyarakat Pesisir

Ekosistem Terumbu Karang

Ekosistem Lamun

Ekosistem Mangrove

Biota Laut

Abiotik Kelautan

Galeri

Kontak

 

Produksi Serasah dan Dekomposisi Tumbuhan Bawah Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap

Oleh : Singgih Priambodo
Mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP



RINGKASAN

Singgih Priambodo. K2D097248. Produksi Serasah dan Dekomposisi Tumbuhan Bawah Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap. (Pembimbing: Rudhi Pribadi dan Subagiyo).

Segara Anakan Cilacap merupakan suatu laguna yang dikelilingi hutan mangrove dan dataran berlumpur. Masalah penting di kawasan Segara Anakan adalah terus menyusutnya hutan mangrove karena banyaknya penebangan liar dan dikonversi menjadi tambak dan lahan pertanian. Masalah kedua adalah sedimentasi di Segara Anakan yang masih terus berlangsung. Menyusutnya hutan mangrove diduga mengakibatkan penurunan produksi serasah dan produktivitas perairan di kawasan Segara Anakan. Produksi serasah di Segara Anakan selama ini hanya diukur dari pohon mangrove atas saja, padahal daerah mangrove yang rusak banyak ditumbuhi oleh tumbuhan bawah dari spesies Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menghitung produksi serasah dan dekomposisi tumbuhan bawah yang berasosiasi dengan mangrove dari spesies Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata di kawasan Segara Anakan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai Agustus 2002, dan analisa sampel dilakukan pada bulan September 2002 di Laboratorium Geologi dan Laboratorium Kimia jurusan Ilmu Kelautan UNDIP, Teluk Awur, Jepara.

Produksi serasah didapatkan dengan memagari tumbuhan bawah menggunakan jaring nilon dengan luas 1m x 1m x 1,5m dan dikoleksi setiap 2 minggu selama 4 bulan. Terdapat 3 lokasi penelitian yaitu Klaces (sedimentasi tinggi), Sapuregel (sedimentasi rendah) dan Motean (daerah peralihan). Lima trap dipasang secara stratified random dalam 3 transek sepanjang 500m pada tiap lokasi. Litterlayer dikoleksi sekali dalam 1 bulan menggunakan frame kayu 1m x 1m. Sampel serasah di masukkan oven 70°C selama 4 hari untuk mendapat berat kering. Laju dekomposisi total serasah dihitung dengan formula k Olson (Olson, 1963). Percobaan dekomposisi serasah daun spesies Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata menggunakan kantong dekomposisi. Sepuluh gram daun dimasukkan dalam jaring nilon 20cm x 20cm dan diletakkan pada lantai hutan selama 0, 2, 4, 8, 16, dan 32 hari kemudian dihitung laju dekomposisinya.

Secara umum didapatkan produksi total serasah spesies Acanthus ilicifolius dan Derris trifoliata di Segara Anakan sebesar 0,34 t/ha/bulan. Daerah Motean paling produktif (rata-rata 0,57 t/ha/bulan), diikuti Klaces (rata-rata 0,34 t/ha/bulan) dan Sapuregel (rata-rata 0,11 t/ha/bulan). Rata-rata laju dekomposisi (k) seluruh lokasi sebesar 3,53 dan rata-rata turn over rate (1/k) sebesar 0,36. Pada percobaan dekomposisi terlihat daun Acanthus ilicifolius lebih cepat terdekomposisi daripada daun Derris trifoliata dan proses dekomposisi lebih cepat terjadi di Klaces daripada Motean.

Kata kunci : mangrove, produksi, serasah, litterlayer, dekomposisi, turnover rate


Komposisi Jenis dan Distribusi Gastropoda di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap

Oleh : Teguh Sugiarto
Mahasiswa Ilmu Kelautan UNDIP



RINGKASAN

Teguh Sugiarto. K2D097259. Komposisi Jenis dan Distribusi Gastropoda di Kawasan Hutan Mangrove Segara Anakan Cilacap (Chrisna Adhi Suryono dan Rudhi Pribadi).

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang mempunyai produktivitas tinggi yang berperan sebagai tempat pemijahan, pembesaran, dan mencari makan bagi berbagai jenis hewan seperti ikan, krustasea, dan moluska. Gastropoda merupakan moluska yang paling banyak terlihat hidup pada hutan mangrove.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan keanekaragaman gastropoda pada dua lokasi dengan tingkat sedimentasi yang berbeda di kawasan hutan mangrove Segara Anakan Cilacap. Penelitian ini dilaksanakan selama bulan Mei – Agustus 2002 di kawasan hutan mangrove Segara Anakan Cilacap. Analisa dan identifikasi sampel dilakukan selama bulan September 2002 di laboratorium Geologi laut dan kimia, Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Teluk Awur, Jepara.

Survei pendahuluan dilakukan untuk menentukan 2 lokasi penelitian yaitu Klaces dengan tingkat sedimentasi tinggi dan Sapuregel yang masih alami atau daerah dengan tingkat sedimentasi rendah. Pada masing-masing lokasi penelitian ditentukan 3 stasiun (I, II, dan III) yang masing-masing merupakan garis transek sepanjang 500 m. Tiap stasiun terdapat 3 sub stasiun, yaitu A (di tepi sungai), B (meter ke-250), dan C (meter ke-500) dari titik awal. Pada masing-masing sub stasiun terdapat dua plot 5m x 5m sebagai tempat pengambilan sampel. Sampel gastropoda diambil dari permukaan substrat, sistem perakaran, dan batang mangrove pada masing-masing plot 5m x 5m, diawetkan dengan formalin 4% untuk pengawetan awal dan dengan alkohol 70% setelah dilakukan identifikasi dan pengukuran sampel. Suhu, salinitas, DO, dan pH air pori diukur secara insitu, dan sample sedimen diambil untuk dianalisa ukuran butiran dan kandungan bahan organiknya di laboratorium.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa di hutan mangrove Segara Anakan Cilacap ditemukan 29 jenis dari 10 famili gastropoda. Cerithidea obtusa dan Neritina violacea mendominasi lokasi Klaces dengan rerata kelimpahan masing-masing sebesar 14,04 individu/m2 dan 8,17 individu/m2. Di Sapuregel didominasi oleh Nerita lineata dengan rerata kelimpahan 1,77 individu/m2. Indeks Keanekaragaman dan Evenness di Sapuregel (2,48 dan 0,61) lebih tinggi disbanding Klaces (1,73 dan 0,42), Sedangkan Indeks Dominansi di Klaces (0,46) lebih besar dibandingkan dengan Sapuregel (0.24). Kesamaan komunitas antara Klaces dan Sapuregel tergolong tinggi yaitu 65,12%.

Kata kunci : mangrove, gastropoda, distribusi, keanekaragaman